BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pendidikan adalah merupakan suatu system yang
dewasa ini menghadapi berbagai tantangan dan persoalan diantaranya :
1. Semakin bertambahnya jumlah penduduk yang
sangat cepat dan sekaligus semakin bertambahnya keinginan masyarakat untuk
pendidikan yang secara komulatif menuntut tersedianya siswa pendidikan yang
memadai.
2. Semakin berkembangnya ilmu pengetahuan yang
modern .
3. Semakin berkembangnya teknologi mempermudah
manusia dalam menguasai dan memanfaatkan alam dan lingkungannya yang kadang
seringksli menjadi ancaman hidup kelestarian ada di lingkungannya .
Tantangan – tantangan tersebut diatas akan lebih berat lagi dirasakan
karena berbagai persoalan datang , baik dari luar maupun dari dalam sistem
pendidikan itu sendiri diantaranya :
1. Sumber yang makin terbatas dan belum
dimanfaatkanya sumber yang ada secara efektif dan efisien .
2. Sistem pendidikan yang masih lemah dengan
tujuan yang masih kabur , kurikulunya belum serasi , relevan , suasana
belum menarik, dsb .
3. Pengetahuan pendidikan yang belum mekar dan
mantap , serta belum peka terhadap perubahan dan tuntutan keadaan , baik masa
kini maupun masa yang akan datang .
4. Masih kabur dan belum mantapmya konsepsi tentang
pendidikan dan interpretasinya dalam praktek . ( Satusi Djam’an , saud udin
saepudin 2007:11)
Tantangan dan persoalan tersebut diatas
memerlukan pemikiran yang mendalam dan pendekatan baru yang progresif . Dalam hal
ini perlu adanya gagasan baru sebagai hasil yang memecahkan persoalan –
persoalan yang ada .
Secara umum inovasi merupakan sebuah pemikiran
, praktek atau objek yang dianggap sesuatu yang baru yang dianggap mampu
mengatasi permasalahan yang sedang dihadapi . Sedangkan inovasi pendidikan
adalah merupakan suatu usulan mengadakan perubahan dengan tujuan mencapai hal
yang lebih baik dalam bidang pendidikan . Pendidikan adalah merupakan suatu sistem
maka inovasi pendidikan merupakan hal yang berhubungan dengan komponen sistem
pendidikan baik sistem dalam arti sekolah , PT, atau lembaga pendidikan yang
lain , maupun system dalam arti yang luas misalnya sistem pendidikan nasional .
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang tersebut diatas maka
penulis merumuskan masalah tentang :
1. Apa tujuan dari inovasi ?
2. Apa yang menjadi faktor–faktor mempengaruhi
keberhasilan inovasi ?
3. Apa saja kendala-kendala yang dihadapi dalam
inovasi ?
4. Bagaimana cara mempercepat program inovasi ?
1.3 Tujuan Penulisan
Dengan adanya beberapa tantangan dan persoalan
– persoalan yang dihadapi dalam bidang pendidikan yang semakin dirasakan lebih
berat dan menghadapi pendidikan pada masa kini dan masa sekarang maka penulis
bertujuan untuk lebih :
1. Mengetahui tujuan dari inovasi.
2. Mempelajari dan menambah pengetahuan tentang
faktor – faktor yang mempengaruhi keberhasilan inovasi .
3. Mengetahui kendala-kendala yang dihadapi dalam
inovasi.
4. Lebih mengetahui tentang bagaimana cara
mempercepat supaya suatu program inovasi terlaksana dan tercapainya suatu
tujuan dan memperbaiki pendidikan di masyarakat yang begitusemakin bertambanya
masalah dan tantangan berbahai pihak .
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Inovasi
Inovasi berasal dari kata latin, innovation yang berarti pembaruan
dan perubahan. Kata kerjanya inovo yang artinya memperbaharui
dan mengubah. Inovasi adalah suatu perubahan yang baru yang
menuju kea rah perbaikan; yang lain atau berbeda dari yang ada sebelumnya, yang
dilakukan dengan sengaja dan berencana (tidak secara kebetulan). Istilah
perubahan dan pembaharuan ada perbedaan dan persamaannya. Perbedaannya, kalau
pada pembaruan ada unsur kesengajaan. Persamaannya, yakni sama-sama memiliki
unsur yang baru atau lain dari sebelumnya. Pembaruan pendidikan itu sendiri
adalah perubahan yang baru dan kualitatif berbeda dari hal (yang sebelumnya)
serta sengaja diusahakan untuk meningkatkan kemampuan guna mencapai tujuan
tertentu dalam pendidikan. Untuk mengetahui dengan jelas perbedaan antara
inovasi dengan perubahan, mari kita lihat definisi yang diungkapkan oleh
Nichols (1983:4).
“Change refers to ”
continuous reapraisal and improvement of existing practice which can be
regarded as part of the normal activity ….. while innovation refers to …. Idea,
subject or practice as new by an individual or individuals, which is intended
to bring about improvement in relation to desired objectives, which is
fundamental in nature and which is planned and deliberate.”
Nichols menekankan
perbedaan antara perubahan (change) dan inovasi (innovation) sebagaimana
dikatakannya di atas, bahwa perubahan mengacu kepada kelangsungan penilaian,
penafsiran dan pengharapan kembali dalam perbaikan pelaksanaan pendidikan yang
ada yang diangap sebagai bagian aktivitas yang biasa. Sedangkan inovasi
menurutnya adalah mengacu kepada ide, obyek atau praktek sesuatu yang baru oleh
seseorang atau sekelompok orang yang bermaksud untuk memperbaiki tujuan yang
diharapkan.
1.
Ibrahim (1988) mengemukakan
bahwa inovasi pendidikan adalah inovasi dalam bidang pendidikan atau inovasi
untuk memecahkan masalah pendidikan. Jadi, inovasi pendidikan adalah suatu ide,
barang, metode, yang dirasakan atau diamati berbagai hal yang baru bagi hasil
seseorang atau kelompok orang (masyarakat), baik berupa hasil inverse (penemuan
baru) atau discovery (baru ditemukan orang), yang digunakan untuk mencapai
tujuan pendidikan atau untuk memecahkan masalah pendidikan.
2.
Demikian pula Ansyar, Nurtain
(1991) mengemukakan adalah gagasan, perbuatan atau sesuatu yang baru dalam
konteks social tertentu untuk menjawab masalah yang dihadapi.
B.
Tujuan Inovasi
Pendidikan
Menurut santoso (1974)
tujuan utama inovasi, yakni meningkatkan sumber-sumber tenaga, uang dan sarana
termasuk struktur dan prosedur organisasi. Tujuan inovasi pendidikan adalah
meningkatkan efisiensi, relevansi, kualitas dan efektivitas : sarana serta
jumlah peserta didik sebanyak-banyaknya dengan hasil pendidikan
sebesar-besarnya (menurut kriteria kebutuhan peserta didik, masyarakat dan
pembangunan) dengan menggunakan sumber, tenaga, uang, alat dan waktu dalam
jumlah yang sekecil-kecilnya.
Kalau dikaji, arah tujuan
inovasi pendidikan Indonesia
tahap demi tahap, yaitu:
1.
Mengejar
ketinggalan-ketinggalan yang dihasilkan oleh kemajuan-kemajuan ilmu dan
tekhnologi sehingga makin lama pendidikan di Indonesia makin berjalan sejajar
dengan kemajuan-kemajuan tersebut.
2.
Mengusahakan
terselenggarakannya pendidikan sekolah maupun luar sekolah bagi setiap warga
Negara, misalnya meningkatkan daya tampung usia sekolah SD, SMP, SMA dan
perguruan tinggi.
3.
Disamping itu, akan
diusahakan peningkatan mutu yang dirasakan makin menurun dewasa ini. Dengan
sistem penyampaian yang baru, diharapkan peserta didik menjadi manusia yang
aktif, kreatif dan terampil memecahkan masalahnya sendiri.
Adapun tujuan inovasi pendidikan di Indonesia pada umumnya adalah:
1.
Lebih meratanya pelayanan
pendidikan.
2.
Lebih serasinya kegiatan
belajar.
3.
Lebih efisien dan
ekonomisnya pendidikan.
4.
Lebih efektif dan
efisiensinya sistem penyajian.
5.
Lebih lancar dan
sempurnanya sistem informasi kebijakan.
6.
Lebih dihargainya unsur
kebudayaan nasional.
7.
Lebih kokohnya kesadaran,
identitas dan kesadaran nasional
8.
Tumbuhnya masyarakat gemar
belajar.
9.
Tersebarnya paket
pendidikan yang memikat, mudah dicerna dan mudah diperoleh.
10.
Meluasnya kesempatan kerja
C. Faktor-Faktor yang Mesti Diperhatikan dalam Inovasi
Pendidikan1. Guru
Guru adalah orang yang sanagat berpengaruh
orang yang sangat berpengaruh dalam proses belajar mengajar. Oleh karena itu,
guru harus betul-betul membawa siswanya kepada tujuan yang ingin dicapai. Guru
harus mampu mempengaruhi siswanya. Guru harus berpandangan luas dan kriteria
bagi seorang guru ialah harus memiliki kewibawaan karena dapat memberikan suatu
kekuatan yang dapat memberikan kesan dan pengaruh.
Dengan uraian di atas dapat dikemukakan
bahwa untuk mengadakan pembaharuan dalam pendidikan, kita harus meningkatkan
profesionalisme guru.
2. Siswa
Siswa merupakan objek utama dalam proses
belajar mengajar. Siswa dididik oleh pengalaman belajar mereka, dan kualitas
pendidikannya bergantung pada pengalamannya, kualitas pengalaman-pengalaman,
sikap-sikap, temasuk sikap-sikapnya pada pendidikan. Dan belajar dipengaruhi
oleh orang yang dikaguminya. Oleh karena itu, dalam mengadakan pembaharuan
pendidikan, kita harus memperhatikannya dari segi murid karena murid merupakan
objek yang akan diarahkan.
3. Fasilitas
Proses belajar mengajar akan berjalan lancar
kalau ditunjang oleh sarana yang lengkap. Oleh karena masalah fasilitas
merupakan masalah yang esensial dalam pendidikan, maka dalam pembaharuan
pendidikan kita harus serempak pula memperbaharui mulai dari gedung sekolah
sampai kepada maslah yang paling dominan, yaitu alat peraga 9sebgai penjelasan
dalam penyampaikan pendidikan).
4. Program atau Tujuan
Dalam proses belajar mengajar kita harus
mempunyai tujuan yang jelas. Kita harus meniliti apa tujuan pendidikan nasional
kita, apa pula tujuan institusionalnya, kurikulernya sampai kepada tujuan yang
sangat sepesifik sekali telnologi informasi dan komunikasi.
Dalam pembaharuan pendidikan tidak akan
berhasil kalau mengenyampingkan masalah tujuan. Sebaliknya dengan memperjelas
tujuan akan lebih mudahlah kepada apa yang akan dilakukan.
5. Kurikulum
Kurikulum dalam arti yang luas adalah yang
meliputi seluruh program dan kehidupan dalam sekolah. Kurikulum sekolah dapat
dipandang sebagai bagian dari kehidupan. Oleh karena itu, kurikulum berpengaruh
sekali kepada maju mundurnya pendidikan. Apabila kita mengadakan suatu inovasi
dalam pendidikan, kita harus memperhatikan kurikulum yang sudah dirumuskan.
Kalau pendidikan diperbaharui, maka sudah barang tentu (otomatis) kurikulumnya
pun harus berubah. Kita tidak bisa mengadakan pembaharuan tanpa perubahan pada
kurikulum.
6. Lingkup Sosial Masyarakat
Dalam menerapakan inovasi pendidikan, ada
hal yang tidak secara langsung terlibat dalam perubahan tersebut tapi bisa
membawa dampak, baik positif maupun negatif, dalam pelaksanaan pembahruan
pendidikan. Masyarakat secara tidak langsung atau tidak langsung, sengaja
maupun tidak, terlibat dalam pendidikan. Sebab, apa yang ingin dilakukan dalam
pendidikan sebenarnya mengubah masyarakat menjadi lebih baik teutama masyarakat
di mana peserta didik itu berasal. Tanpa melibatkan masyarakat sekitarnya,
inovasi pendidikan tentu akan terganggu, bahkan bisa merusak apabila mereka
tidak diberitahu atau dilibatkan. Keterlibatan masyarakat dalam inovasi pendidikan
sebaliknya akan membantu inovator dan pelaksana inovasi dalam pelaksanakan
inovasi pendidikan.
D. Masalah-Masalah yang Menuntut Diadakan Inovasi
Pendidikan kita dewasa ini menghadapi
berbagai tantangan dan persoalan. Adapun masalah-masalah yang menuntut diadakan
inovasi di Indonesia ,
yaitu :
1. Bertambahnya jumlah penduduk yang sangat cepat dan sekaligus
bertambahnya keinginan masyarakat untuk mendapatkan pendidikan yang secara
kumulatif menuntut tersedianya sarana pendidikan yang memadai.
2. Berkembangnya ilmu pengetahuan yang modern menghendaki
dasar-dasar pendidikan yang kokoh dan penguasaan kemampuan terus menerus dan
dengan demikian menuntut pendidikan yang lebih lama sesuai dengan konsep
pendidikan seumur hidup (long education).
3. Berkembangnya tekhnologi yang mempermudah manusia dalam menguasai
dan memanfaatkan alam dan lingkungannya, tetapi yang sering kali ditangani
sebagai suatu ancaman terhadap kelestarian peranan manusiawi.
Tantangan-tantangan di atas lebih berat lagi
dirasakan karena berbagai persoalan datang baik dari luar maupun dari dalam
system pendidikan itu sendiri, yaitu di antaranya :
1. Sumber-Sumber yang makin terbatas dan belum dimanfaatkannya
sumber yang ada secara efektif dan efisien.
2. Sistem pendidikan yang masih lemah dengan tujuan yang masih
kabur, kurikulumnya belum serasi, relevan, suasana belum menarik dan
sebagainya.
3. Pengelolaan pendidikan yang belum mekar dan mantap dan belum peka
terhadap perubahan dan tuntutan keadaan, baik masa kini maupun masa akan
datang.
Ini adalah contoh kasus masalah pendidikan di Indonesia :
Pendidikan manusia Indonesia sekarang ini dilanda
krisis nilai yang sangat berat. Beberapa tahun belakangan ini banyak terjadi
fenomena yang sangat mencoreng dan memalukan wajah manusia Indonesia .”Masih jelas pada ingatan
kita tentang pembongkaran kasus universitas fiktif dan jual-beli gelar beberapa
tahun lalu,” kata pemerhati pendidikan dari Universitas Indonesia (UI) Prio
Sambodho kepada Pembaruan di sela-sela seminar “Membangun Indonesia Melalui Kewiraausahaan
Sosial” di Jakarta, Senin (21/11). Pembicara lain dalam seminar itu, antara
lain Dwi Tularsih Sukowati . Dari penyidikan yang dilakukan Badan Reserse
Kriminal Mabes Polri, 15.000 gelar palsu telah berpindah tangan sejak tahun
2000 hingga 2005. Data lainnya menunjukkan bahwa jumlah pembeli ijazah dan
gelar palsu dapat mencapai 30.000 orang dari berbagai universitas fiktif
tersebut. Gelar yang dikeluarkan meliputi 1.060 doktor, 288 PhD, 2.900 MSc, dan
minimal 100 untuk beberapa gelar lainnya.
Untuk itu, dia mengimbau pemerintah
melakukan reorientasi paradigma dan desain model pembangunan pendidikan. Semua
model pendidikan harus diarahkan kepada pembangunan nilai dan budaya yang kuat.
“Model pembangunan dan kebijakan semutakhir dan secanggih apa pun tidak akan
berhasil bila tidak dilandasi oleh nilai dan kultur yang kuat. Sejarah telah
membuktikannya dan kita sebaiknya belajar darinya, agar pendidikan kita menjadi
education that educate, dalam makna yang sebenarnya,” katanya.
Dijelaskan, model pembangunan yang
dijalankan oleh pemerintah masih berlandasakan pada pendidikan dengan model
rasionalis, yakni model pembangunan pendidikan yang berorientasi pada
standardisasi, formalisasi yang tinggi, dan birokratisasi yang ketat dan kaku.
“Model seperti ini banyak digunakan oleh pemerintah negara-negara berkembang
karena dengan model ini pemerataan dan peningkatan kapasitas institusi
pendidikan dapat dilakukan dengan biaya yang relatif murah,” kata dia.
Paradigma pembangunan pendidikan seperti
ini, papar Prio, berpotensi menimbulkan kesalahan orientasi pada arti
pembangunan pendidikan. Selama ini, katanya, orientasi keberhasilan pendidikan
selalu didasarkan pada banyaknya murid yang dapat dimasukkan ke dalam sistem
pendidikan formal. “Selama angka tersebut terus meningkat, maka pembangunan
dianggap telah berhasil. Institusi pendidikan kemudian dianggap sebagai suatu
‘pabrik raksasa’ yang akan mengolah secara massal orang-orang yang tidak
berpendidikan menjadi berpendidikan hanya dengan menyelesaikan suatu proses
yang sudah ditentukan, yaitu kurikulum pendidikan formal,” terangnya.
Sementara itu, Dwi Tularsih Sukowati yang
juga berasal dari UI menyatakan pemerintah belum melaksanakan amanat UUD 1945
terkait pasal pendidikan. UUD 1945 Pasal 31 ayat (1) menyebutkan setiap warga
negara berhak mendapatkan pengajaran. “Tetapi sesudah Indonesia merdeka selama 31 tahun,
kenyataan yang ada sungguh ironis,” katanya. Dwi mengutip data Indeks
Pembangunan Manusia (IPM) yang menunjukkan angka buta aksara penduduk Indonesia
sampai dengan usia 15 tahun mencapai 12,1 persen, sedangkan angka partisipasi
kasar pendidikan dasar sampai menengah atas, cuma 65 persen.Dwi menambahkan
amendemen UUD 1945 pasal 31 (ayat 4) menegaskan bahwa negara memprioritaskan
dana untuk pendidikan sekurang-kurangnya 20 persen dari total APBN dan APBD.
“Tetapi kenyataannya pada 2006, pemerintah hanya mampu mengalokasikan dana
pendidikan sebesar 9,3 persen. Sedangkan tahun 2007 sebesar 10,2 persen dari
total APBN. Inilah yang menjadi salah satu faktor mahalnya biaya pendidikan
untuk masyarakat. Belum lagi masalah kesenjangan pendidikan antara pusat dan
daerah,” katanya.
E. Kendala-Kendala dalam Inovasi Pendidikan
Kendala-kendala yang mempengaruhi
keberhasilan usaha inovasi pendidikan seperti inovasi kurikulum antara lain
adalah :
1) Perkiraan yang tidak tepat terhadap inovasi.
2) Konflik dan motivasi yang kurang sehat.
3) Lemahnya berbagai faktor penunjang sehingga mengakibatkan tidak
berkembangnya inovasi yang dihasilkan.
4) Keuangan (finacial) yang tidak terpenuhi penolakan dari
sekelompok tertentu atas hasil inovasi
5) Kurang adanya hubungan sosial dan publikasi (Subandiyah 1992:81).
Untuk menghindari masalah-masalah tersebut
di atas, dan agar mau berubah terutama sikap dan perilaku terhadap perubahan
pendidikan yang sedang dan akan dikembangkan, sehinga perubahan dan pembaharuan
itu diharapkan dapat berhasil dengan baik, maka guru, administrator, orang tua
siswa, dan masyarakat umumnya harus dilibatkan
F. Beberapa Upaya dalam Inovasi Pendidikan
1. Sistem PAMONG
Perkataan PAMONG sendiri adalah
singkatan dari Pendidikan Anak oleh Masyarakat, Orang Tua dan Guru dan
telah dipergunakan sejak kegiatan pencarian alternative atau pelngkap bagi
pendidikan dasar pada umumnya, proyek ini berawal dari proyek kerjasama antara
BP3K Departemen Pendidikan dan Kebudayaan dengan SEAMO Regional “Innotech
Centre” (Innovation and Educational Technology) pada tahun 1974-1979. Lokasi
proyek ini terletak di Solo, Jawa Tengah. Pada dasarnya system ini
mengetengahkan peranan baru bagi guru dari pengajaran di muka kelas menjadi
pengelola kegiatan belajar. Sebagai pengelola ia harus dapat meningkatkan
kemampuannya,sehingga tidak lagi terbatas pada jumlah 40 orang murid yang di
hadapi seperti lazimnya, tetapi diharapkan mampu mengelola antara 80-100 orang.
Murid-murid belajar sendiri dengan menggunakan modul yaitu suatu satuan
pengajaran yang tercetak, dimana pelajaran telah tersusun dan terprogram
sedemikian rupa meliputi tujuan pengajarn, informasi bahan, latihan dan riset,
serta kegiatan praktikum, tes dan umpah balik, serta ujian. Sehingga modul itu
“ dapat mengajar sendiri” Dengan demikian guru dapat mengalihkan kegiatan
mengajar menjadi supervise dan memberikan konsultasi kepada murid-murid.
Salah satu prinsip system SD PAMONG adalah bawhwa belajar dapat
berlangsung diberbagai tempat, artinya system SD PAMONG berusaha untuk mengubah
pandangan bahwa belajar hanya dapat terjadi di dalam gedung sekolah dan bahwa
jika anak putus sekolah juga berarti putus belajar. Dengan demikian system SD PAMONG
di samping merupakan usaha serta kegiatan lain untuk meningkatkan pemerataan
kesempatan memperoleh pendidikan, juga berusaha menciptakan wadah dan
kesempatan bagi anak yang karena satu dan lain hal; terpaksa tidak dapat
belajar di sekolah biasa.
2. Kuliah Kerja Nyata (KKN)
Tujuan proyek KKN adalah melengkapi para
mahasiswa dengan pengalaman praktis tentang kebutuhan dan masalah pembangunan
masyarakat pedesaan, serta penyediaan tenaga kerja terdidik untuk pembangunan
di 58.000 desa yang tersebar di seluruh Indonesia . Rencana tersebut dimulai
tahun 1971 atau 1972 oleh 3 universitas yang merintis melaksanakan proyek
tersebut. Mnurut rencana tahun 1975 atau 1976 sebanyak 28 Lembaga Pendidikan
Tinggi sudah bergiat dengan KKN dan selanjutnya seluruh mahasiswa di tingkat
terakhir kurang lebih sebanyak 23.000 orang setahunnya akan terlibat kegiatan
KKN. Jelas bahwa KKN akan menyediakan tenaga-tenaga akademik yang terampil,
berpengalaman langsung secara praktis tentang kebutuhan dan masalah pembangunan
masyarakat pedesaan dan bukan sekedar berpengetahuan teori dari bangku kuliah
saja.
3. Program Penerimaan Bakat
Proyek ini bertujuan untuk membantu murid
dan mahasiswa yang berbakat serta berprestasi tinggi dalam belajar. Bantuan dan
beasiswa diberikan kepada pelajar di setiap jenis dan tingkat pendidikan.
Adapun persyaratan untuk memperoleh beasiswa ialah mahasiswa yang mempunyai
bakat yang menonjol, berprestasi tinggi tedtpi ekonominya lemah. Penilaian
didasarkan atas prinsip kesempatan yang sama dan dilaksanakan secara sktoral.
Selain beasiswa, program ini juga memberikan bantuan dalam bentuk buku-buku dan
sebagainya. Kini di Indonesia telah terdapat berbagai badan yang memberikan
beasiswa kepada siswa-siswa.
4. Proyek Pendidikan Guru
Proyek ini sebagai bagian dari suatu
kerangka menyeluruh dari karir guru, tidak hanya meliputi pendidikannya tetapi
juga pengabdiannya terhadap masyarakat dan pendidikan profesionalisme yang
didukung oleh suatu penelitian. Tujuan proyek ini ialah dimilikinya lembaga
pendidikan guru untuk segala jenis dan tingkat, baik yang bersifat in-service
maupun pre-service yang terkoordinsasi dalam suatu jaringan yang saling
mengisi. Proyek tersebut direncanakan akan mampu mendorong secara mantap
perkembangan pendidikan guru, baik secara kualitatif maupun kuantitatif,
terutama kurikulumnya. Oleh karena itu, proyek akan menyusun suatu rencana
kemudian mengujinya, jika diperlukan akan diadakan perubahan penyempurnaan
terhadap disain tersebut sehingga guru-guru mampu melaksanakan tugasnya sesuai
dengan kurikulum yang baru. Selain itu proyek ini akan menggunakan pendekatan
dan metode pendidikan guru secara konsisten sesuai dengan sekolah-sekolah yang
bersangkutan.
5. Model Pembaharuan pada Sekolah Menengah Umum
Kegiatan konsultasi untuk pengembangan model
Sekolah Menengah Umum yang semula adalah untuk menciptakan beberapa sekolah
model untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan khusus. Namun, kemudian tim konsultan
ditugaskan untuk menangani kegiatan ini bersama-sama dengan staf Dikmenum dan
semua menyetujui bahwa konsep sekolah model yang lama tidak efektif dalam
melaksanakan pengembangan sekolah. Konsep baru bagi model “pengembangan
sekolah” telah didiskusikan oleh para konsultan Internasional, konsultan
Nasional dan staf Dikmenum. Konsep “model” yang tradisional bergantung kepada
gambaran sekolah yang sangat baik dan memperoleh tambahan input (uang,
pelatihan, fasilitas dan sumber pembelajaran) menciptakan adanya model yang
bagus yang akan ditiru oleh sekolah lain. Masalah yang terlihat jelas untuk
pendekatan ini adalah bahwa sekolah biasa akan sulit untuk diubah menjadi
sekolah yang bagus apalagi menjadi sekolah model. Masalah kedua adalah apabila
input yang sama tidak diterapkan pada sekolah biasa, peniruan model tidak akan
difasilitasi.
Sebagai alternatif, mereka yang terlibat
dalam sekolah model memilih untuk merencanakan langkah yang berbeda dalam
pembuatan konsep pengembangan sekolah “model”. Kunjungan ke beberapa sekolah di
wilayah yang berbeda oleh para konsultan membawa hasil akan kayanya informasi mengenai
prakarsa Sekolah Menengah Umum yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan sekolah
setempat. Usaha inovatif ini menunjukkan bahwa kemampuan untuk meningkatkan
mutu sekolah basisnya ada pada tingkat sekolah. Dari sini jelas sekali terlihat
oleh para konsultan, bahwa sekolah yang mengalami peningkatan dan pengembangan
adalah yang dapat mewakili model pengembangan sekolah. Fokusnya adalah pada
“proses” yang dialami oleh sekolah ketika mutu pendidikan meningkat. Apa yang
terjadi di dalam sekolah yang membuat adanya pergeseran menuju kepada sekolah
yang lebih efektif ? Dari sudut pandang ini konsep “model” pengembangan sekolah
muncul. Perhatian kami ditujukan pada identifikasi apa yang terjadi di sekolah
yang mengalami peningkatan atau perkembangan.
Salah satu keuntungan dari model ini adalah
apabila sekolah sudah mencapai tingkat-tingkat komunikasi terbuka yang optimal
dan pengambilan keputusan bersama, sekolah dapat menjadi mandiri. Hal ini
secara tidak langsung menyatakan bahwa kepala sekolah berfungsi sebagai
koordinator pada fungsi sekolah yang berbeda. Masalah utama adalah arah
pengembangan sekolah dan identifikasi sumber keuangan untuk membantu
pengembangan sekolah yang dapat berjalan terus menerus dalam kegiatan kepala
sekolah. Dalam sistem pendidikan di mana kepala sekolah secara periodik
diganti, pendekatan ini membuat pengembangan sekolah dapat tetap dilanjutkan
meskipun kepala sekolah yang baru, baru diperkenalkan dengan sekolahnya.
Model ini merupakan tinjauan yang menyeluruh
terhadap semua yang terlibat dalam proses pengembangan kondisi untuk
pembaharuan di sekolah. Ketika Sekolah Menengah Umum berjalan menuju
peningkatan mutu berbasis sekolah) hal ini menunjukkan kepada sekolah bahwa
proses pengembangan akan tercapai.
6. Sistem KBK dalam Perkuliahan
Tuntutan KBK, bagi dosen mampu
memformulasikan komponen desain instruksional, penguasaan materi dan
pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) sebagai sarana
pembelajaran yang terintegrasi dalam upaya mengembangkan semua potensi
mahasiswa. Konsekuensinya, inovasi dan kreatifitas dosen dalam mengembangkan
model-model pembelajaran sangat dibutuhkan dalam rangka menghasilkan peserta
didik yang sanggup bersaing di era globalisasi. Salah satu model yang
berkembang melalui problem based learning (PBL), bersifat dinamis berbasis
pemecahan masalah, interaktif dan kemajuan belajar yang didasarkan pada
penguasaan kompetensi serta produktif Sebagai dasar acuannya. Untuk itu,
hendaknya dosen pertama, memfasilitasi sumber belajar baik berupa buku rujukan,
hand-out kuliah, journal, bahan kuliah yang berasal dari hasil penelitian dan
waktu yang memadai kepada peserta belajar. Kedua, memotivasi mahasiswa dengan
memberi perhatian cukup kepada mahasiswa. Memberi materi yang relevan dengan
tingkat kemampuan mahasiswa dan dengan situasi yang kontektual. Memberi
semangat dan kepercayaan pada mahasiswa bahwa ia dapat mencapai kompetensi yang
diharapkan. Memberi kepuasan pada mahasiswa terhadap pembelajaran yang kita
jalankan. Ketiga, memberi tutorial yakni pada tataran menunjukkan jalan/cara/
metode yang dapat membantu mahasiswa menelusuri dan menemukan penyelesaian
masalah yang berkaitan dengan materi pembelajaran. Keempat, memberi umpan balik
sebagai bentuk monitoring dan mengkoreksi jalan pikiran/hasil kinerjanya agar mencapai
sasaran yang optimum sesuai kemampuannya.
G. Faktor-Faktor Pemercepat Inovasi
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pemercepat inovasi dilihat dari
internal dan eksternal yaitu :
1. Faktor Internal
a. Motivasi Diri
Motivasi diri, seperti ingin maju, ingin
berkembang, ingin mencoba, ingin dipuji, ingin bersaing .
b. Komitmen
Merupakan wujud dari janji kebersamaan akan
mempercepat proses inovasi karena setiap yang terlibat didalamnya mertasa
bertanggungjawab terhadap isi komitmen yang dibuat bersama.
c. Tersedianya
Sumber Daya Manusia (SDM)
Maksudnya terdapat sumber daya manusia yang
baik. Kelompok-kelompok ini akan membawa dampak positif sehingga mampu untuk
membujuk pihak-pihak yang masih ragu akan program inovasi .
d. Melanjutkan Konsep
Artinya di lingkungan sekolah belum ada
menjadi menciptakan konsep, sudah ada konsep untuk segera diwujudkan, sudah ada
konsep tetapi belum optimal, maka perlu pengoptimalan.
e. Kepala
Sekolah
Mengenai gaya
kepemimpinan dan peran sebagai innovator. Gaya
kepemimpinan disorot oleh Made Pidarta (2004 : 227) dalam ragam gaya kepemimpinan Pembina
/ pengembang, yang menekankan efektivitas dan individu bawahannya. Pemimpin ini
selalu berusaha untuk mengembangkan potensi setiap bawahannya.
Sedangkan dalam E.
Mulyasa (2008 : 119) kepala sekolah sebagai innovator harus mampu
mencari, menemukan, dan melaksanakan berbagai pembaruan di sekolah.
2. Faktor Eksternal
Pujian, Reward atau penghargaan, ini diberikan
kepada pihak pemrakarsa atau kelompok yang telah sukses melakukan inovasi. Diharapkan
ini akan memacu inovasi-inovasi yang lain.
Tersedianya dana, baik itu dana yang berasal
dari komite sekolah, blockgrant atau bantuan langsung dari pemerintah pusat.
Inovasi akan berjalan cepat, karena umumnya kegiatan inivasi berbanding lurus
dengan biaya.
Peran Komite Sekolah, peran yang dimaksud
adalah peran yang nyata. Komite sekolah yang mampu mempercepat inovasi adalah
komite sekolah yang mampu menggali dana dan dukungan non material dari berbagai
pihak.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Inovasi pendidikan sebagai usaha perubahan pendidikan tidak bisa
berdiri sendiri, tetapi harus melibatkan semua unsur yang terkait didalamnya,
seperti innovator, penyelenggara inovasi seperti guru dan siswa. Disamping itu,
keberhasilan inovasi pendidikantidak saja ditentukan oleh satu atau dua faktor
saja, tapi juga oleh masyarakat serta kelngkapan fasilitas.
DAFTAR PUSTAKA
Budi sanjaya.
2008. inovasi pendidikan. (dalam http://guruw.wordpress.com/2008/12/20/inovasi-pendidikan/)
diakses pada Desember 20, 2008
Dedeh
Kurniasih. 2010. Inovasi Pendidikan. (dalam http://dedehkurniasih14.blogspot.com/).
Diakses pada Kamis, 13 Mei 2010.
2 komentar:
Thanks ya sob sudah berbagi ilmu .............................
bisnistiket.co.id
^_^ okey, sama-sama. Saling berbagi ilmu.
Posting Komentar